Perang Dagang dan Ancaman Susutnya Ekonomi Global

Perang Dagang dan Ancaman Susutnya Ekonomi Global
Sejak maju dalam pemilihan umum Amerika Serikat, Donald Trump kerap menyuarakan pesan untuk melindungi kepentingan ekonomi negara adidaya tersebut. America Great Again! Begitu jargon politik pada masa kampanye, yang akhirnya membawa sosok yang sering mengeluarkan pernyataan kontroversial ini ke Gedung Putih.

Bukan Trump jika pernyataannya tak memantik kontroversi. Terkini, Presiden Trump memutuskan menaikkan tarif bea masuk sebesar 25% untuk baja dan 10% untuk aluminium. Kebijakan yang sudah sekian lama disuarakan dan menjadi polemik dunia tersebut akhirnya diumumkan pada Kamis (8/3) waktu setempat, tanpa bisa dicegah kendati ditentang banyak negara.

Tanpa menghiraukan Eropa, Asia, dan negara-negara mitra dagang Amerika; kebijakan Trump tersebut berlaku bagi semua negara, kecuali Kanada dan Meksiko. Khusus untuk kedua negara tersebut, tengah dirundingkan dengan AS terkait Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara NAFTA.

Menurut Presiden Trump, industri metal penting bagi keamanan nasional AS. Karena itu, membanjirnya baja dan aluminium menjadi serangan bagi kepentingan AS. Dengan kebijakan itu, Trump seolah “memaksa” perusahaan-perusahaan multinasional memindahkan pabrik peleburannya ke Negeri Paman Sam.

“Jika Anda tidak ingin membayar pajak, pindahkan pabrik Anda ke AS,” begitu ujar Presiden Trump seperti dikutip dari Reuters, Kamis (8/3).

Kebijakan ini dipastikan berlaku mulai 15 hari ke depan,. Tepatnya tanggal 23 Maret mendatang.

Meski sudah banyak diduga, pengumuman Presiden Trump tetap memantik protes. Industri berbahan baku baja dan aluminium dunia sontak dadu online mengkritik kebijakan tarif tersebut. Kebijakan tarif ini dinilai akan menimbulkan biaya tambahan bagi mereka dan menggerus daya saing.

“Harga baja di AS akan tinggi dan akan berdampak pada pelanggan. Mereka akan menggantikan produk kami dengan produk yang dihasilkan pesaing dari luar negeri dan mengimpornya dengan tarif bebas,” begitu pernyataan Asosiasi Precision Metalforming and National Tooling and Machining.

Susutnya Ekonomi Global

Tak kurang anggota Partai Republik yang mendukung Trump ikut memprotes kebijakan tersebut. Hanya dalam hitungan menit sejak pengumuman dibuat, Senator Jeff Flake dari Partai Republikan mengungkapkan, pihaknya akan menyusun sebuah undang-undang untuk membatalkan tarif tersebut. Menurutnya, pemberlakuan tarif tersebut akan merusak perekonomian Amerika Serikat. Karena itu, hal ini harus dihentikan.

“Apa yang disebut sebagai tarif fleksibel sebenarnya adalah perkawinan dua racun mematikan untuk pertumbuhan ekonomi, yakni proteksi dan ketidakpastian. Tidak ada yang menang dalam perang dagang, hanya ada kekalahan,” ujarnya seperti dikutip dari Businessinsider.com.

Senator asal Arizona ini meminta dukungan bagi rancangan UU tersebut sebelum kebijakan proteksi yang diambil Presiden Trump menimbulkan kerusakan pada perekonomian. Flake tak sendirian. Senator Ben Sasse yang seorang Republikan pun menyuarakan protesnya. Menurutnya, banyak hal yang akan dikorbankan jika hal tersebut dilakukan.

“Jika Presiden memberlakukan kebijakan itu, ini akan menghabiskan pekerjaan di Amerika. Itulah yang dilakukan oleh semua perang dagang,” serunya, dikutip dari New York Times.

Kekhawatiran para senator Republikan bukan tanpa alasan. Pasalnya, kendati akhirnya melunak, mendengar kebijakan yang diambil Trump, China sempat meradang.

Menteri Perdagangan China Zhong Shan dengan tegas menentang kebijakan tarif tersebut. Ia juga menyebutkan kebijakan Trump tersebut menjadi ancaman serius bagi tatanan perdagangan internasional. Belakangan, ia mengatakan perang dagang hanya membawa bencana bagi China, Amerika, dan perekonomian dunia.

“China tak menginginkan perang dagang dan tak akan memulainya. Namun, kami akan berusaha menjaga kepentingan kami,” tuturnya dikutip dari Bloomberg.